taman Nasional Bukit Tiga Puluh adalah surga tersembunyi di Riau. Durian, petai, kantong semar dan air terjun adalah ikon wisata paling menarik di sana. Tak lupa, ada lutung berbulu keemasan yang keren.
Kali ini saya melakukan ekspedisi ke Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) Riau. TNBT terkenal dengan hutannya yang masih perawan dengan aneka satwa seperti harimau, beruang, rusa, aneka jenis primata, ikan-ikan di sungai.
Selain itu di TNBT terkenal juga dengan banyaknya air terjun yang masih belum terjamah manusia. Hasil hutan seperti durian, petai dan salak juga melimpah.
Untuk menuju ke TNBT dari Jakarta dapat menggunakan pesawat ke Pekanbaru. Atau jika memang mau menikmati jalan darat dapat menggunakan bus. Tiba di Pekanbaru saya melanjutkan perjalanan ke Kota Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu.
Kota Rengat dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama 4 jam. Banyak mobil bisa disewa dengan biaya sekitar Rp 550.000 untuk mengantar ke Rengat. Tujuan ke Kota Rengat adalah untuk menikmati buah durian yang sedang dijual murah meriah di pinggir-pinggir jalan.
Durian-durian ini dipanen dari hutan-hutan sekitar Indragiri Hulu. Sesampai di Kota Rengat dan berhenti Danau Raja, saya berjalan-jalan ke pasar. Ternyata memang benar, ini adalah saat yang tepat karena durian sedang panen. Harga durian per buah antara Rp 5-10 ribu. Harga yang sangat murah jika dilihat kualitas durian hutan yang baik.
Keesokan harinya, Sabtu, 30 November 2013, saya menuju Kecamatan Batang Gangsal, tepatnya di Siberida. Dari Rengat diperlukan waktu sekitar 1,5 jam menuju Siberida. Transportasi yang dapat digunakan adalah bus atau sewa mobil dengan tarif sekitar Rp 250 ribu.
Dari simpang tugu Siberida perjalanan dilanjutkan ke Desa Rantau Langsat, desa terakhir yang berada di tepi Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Jarak antara Siberida ke Rantau Langsat sekitar 20 km dengan perjalanan 30 menit.
Kondisi jalan separuh beraspal dan separuhnya lagi jalan tanah yang bisa membuat mobil amblas. Dari Siberida ke Rantau Langsat dapat ditempuh dengan ojek dengan biaya Rp 50 ribu atau sewa mobil 4WD pickup sekitar Rp 250-300 ribu.
Sesampai di Desa Rantau Langsat saya mampir di rumah kepala desa M Nasir, meminta izin sekaligus minta dicarikan warga yang bersedia menjadi pemandu. Setelah mendapatkan dua orang pemandu dan belanja logistik saya menuju ke Air Terjun Empunawan.
Air terjun tersebut dapat ditempuh selama 3 jam dari Desa Rantau Langsat. Jaraknya hanya 4,5 km tetapi karena medan hutan yang terjal maka perlu waktu yang lebih lama dari perjalanan di medan normal. Di tengah perjalanan saya bertemu dengan penduduk yang membawa sepikul petai yang dipanen dari hutan.
Warga memang boleh mengambil petai dari hutan dengan syarat tidak boleh dihabiskan karena untuk berbagi dengan warga yang lain. Kearifan lokal masyarakat di sekitar TNBT masih terjaga.
Sore hari saya sampai di Air Terjun Empunawan. Air terjun tersebut tingginya sekitar 31 meter, airnya jernih. Saat saya masuk ke dalam aliran sungai maka ikan-ikan akan datang mengerubuti kaki. Ini tanda bahwa manusia jarang menjamah tempat ini. Malam itu saya putuskan mendirikan tenda di tepi air terjun untuk menikmati keindahan alam.
Di desa-desa tersebut kebanyakan dihuni oleh suku Talang Mamak. Jika waktunya pas maka wisatawan dapat menimkati kegiatan menunggu durian jatuh di hutan, atraksi menombak ikan atau mengambil madu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar